Rabu, 29 Desember 2010

Pangan Masih Mencemaskan

Laporan Wartawan JPNN - Editor : Adi K


JAKARTA – Pemerintah sedikit lega melihat pengumuman Badan Pusat Statistik (BPS) tentang inflasi Februari tahun ini. Jika Januari lalu inflasi mencapai 1,77 persen, pada bulan berikutnya lebih terkendali.
Berdasarkan hasil pemantauan BPS di 45 kota, Februari 2008 terjadi inflasi 0,65 persen. Atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 158,26 pada bulan Januari 2008 menjadi 159,29 pada bulan Februari 2008. Laju inflasi tahun kalender (Januari-Februari) sebesar 2,44 persen, sedangkan laju inflasi year on year adalah 7,40 persen.
Menko Perekonomian Boediono mengatakan, melambatnya laju inflasi disebabkan karena lonjakan inflasi pada Januari lalu. “Inflasi Januari sangat tinggi, jadi ini adalah levelling of, artinya kembali ke pola tahun lalu. Pola februari tahun lalu juga mirip seperti sekarang,” ujarnya, di Jakarta, kemarin (3/3).
Boediono menjelaskan untuk beberapa komoditas akan mengalami penurunan harga atau paling tidak harganya tetap stabil seperti beras dan gula dan diharapkan beberapa komoditi lain. “Untuk beberapa komoditi lain yang diluar melonjak terus, paling yang bisa kita lakukan adalah mengurangi persentase laju kenaikan di dalam negeri,” jelasnya.
Pemerintah juga terus berupaya untuk meredam kenaikan harga, khususnya untuk harga pangan. Harga pangan memang merupakan kontributor utama dalam mengendalikan laju inflasi.
Kelompok bahan makanan 1,59 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, tembakau 0,88 persen, kelompok sandang 0,76 persen, kelompok esehatan 1,56 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,04 persen, dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan 0,02 persen. Sedangkan kelompok yang mengalami penurunan indeks adalah kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,01 persen. Perkembangan harga berbagai jenis barang dan jasa pada bulan Februari 2008 secara umum menunjukkan adanya kenaikan